Friday, August 15, 2014

Pencahayaan Indoors Asset Property (Rumah Tinggal)

Hobi memperhatikan pencahayaan di Rumah Anda sebagai faktor pendukung kenyamanan Asset. 

Anda sedang membangun rumah baru? Atau sedang berencana untuk merenovasi rumah? Ada baiknya anda memperhatikan pencahayaan buatan di rumah anda, karena pencahayaan yang baik tentu sangat mendukung interior ruangan, baik dari segi fungsi ataupun estetika.
Nah, untuk itu disini akan saya jelaskan beberapa tips untuk pencahayaan dalam ruang-ruang di rumah anda. Mungkin anda perlu untuk berdiskusi dengan desainer interior atau arsitek untuk lebih rincinya. Tetapi saya mencoba untuk membagi secara sederhana pencahayaan dalam ruang.

1. Ruang Tamu

Ruang tamu adalah cerminan dari pemilik rumah, penataan pencahayaan sangat penting disamping penataan lay out ruangan dan furniturnya. Pencahayaan ruang tamu sangat penting dan diperlukan saat kita kedatangan tamu. Aktivitas tamu dan pemilik rumah merupakan kegiatan yang detail dan membutuhkan penerangan yang maksimal. Untuk itu diperlukan penerangan yang merata ke seluruh ruang. Namun ketika ruang tamu sedang tidak digunakan, ada baiknya menggunakan penerangan setempat, seperti lampu dinding, lampu duduk, atau standing lamp. Kesimpulannya, diperlukan dua jenis penerangan di ruang tamu, yakni penerangan merata dan penerangan setempat.

2. Ruang Keluarga

Ruang keluarga adalah ruang inti dalam suatu rumah tinggal. Ruang keluarga biasanya terletak di tengah-tengah rumah. Kegiatan di ruang keluarga sangat kompleks, mulai dari menonton tv, membaca, menulis, berbincang-bincang, hingga makan dan minum. Bisa dibilang semua kegiatan dari seluruh ruangan rumah bisa dilakukan di ruang keluarga, kecuali kegiatan di kamar mandi dan ruang cuci. Untuk itu pencahayaan di ruang keluarga sangat kompleks juga. Penerangan merata, penerangan searah dan penerangan setempat diperlukan dalam ruangan ini. Penggunaan lampu yang menerangi seluruh ruangan adalah hal yang utama. Pemakaian lampu searah; misal untuk penerangan hiasan-hiasan, lukisan, atau foto-foto keluarga juga akan menambah estetika. Ditambah lagi penempatan lampu duduk, standing lamp dan lampu dinding yang matching dengan interior ruang akan memberikan kesan yang “lebih” dalam ruang keluarga anda.

3. Ruang Tidur

Ruang yang aktivitas utamanya adalah istirahat. Jadi penggunaan lampu untuk pencahayaan di ruangan ini tidak terlalu fokus pada penerangan merata. Penerangan terarah dan setempat akan lebih memaksimalkan aktivitas. Penempatan lampu yang perlu diperhatikan adalah pada spot-spot seperti samping bed (lampu duduk), almari rias (lampu halogen), dan almari pakaian. Penempatan lampu-lampu di area ini akan memaksimalkan ruang dalam lingkup sebagai tempat istirahat. Penggunaan hidden lamp (slim lamp) yang diletakkan dibalik trap plafon juga menarik ketika lampu utama dimatikan saat waktu tidur.

4. Dapur

Ruangan ini membutuhkan ketelitian yang tinggi. Hal ini disebabkan kegiatan seperti mengiris sayur, menyalakan kompor, dan kegiatan-kegiatan “berbahaya bila tidak berhati-hati”. Selain penggunaan penerangan merata, juga memerlukan penerangan setempat. Fungsinya untuk menerangi bagian-bagian yang digunakan untuk kegiatan diatas. Misalnya, penempatan slim TL pada bawah kitchen set juga akan membantu aktivitas memasak, selain menambah estetika pastinya. Pemasangan instalasi lampu bisa disetting bersamaan dengan pemasangan instalasi stop kontak untuk kulkas, magic jar, ataupun blender. Juga untuk pemasangan cooker hood, yang biasanya juga sudah terpasang lampu set didalamnya. Pemilihan lampu dalam kitchen set juga perlu diperhatikan, antara warna sinar dan gelap terangnya. Pemakaian watt besar akan terasa panas karena jarak lampu yang dekat juga atmosfer kitchen yang memang panas. Pemasangan instalasi lampu perlu diperhatikan agar rapi, sehingga kabel-kabel tidak mengganggu pandangan.

5. Ruang Makan

Sama seperti dapur, kegiatan di ruangan ini memerlukan ketelitian yang tinggi. Pencahayaan setempat yang terang; seperti penggunaan lampu gantung diatas meja makan sangat dianjurkan. Selain untuk penerangan utama saat aktivitas makan, juga bisa menambah estetika, apalagi ditambah dengan adanya lampu dinding atau standing lamp di sekitar meja makan. Pada dasarnya untuk pemilihan warna tergantung selera. Namun, ada baiknya menyesuaikan dengan tema interior ruangnya. Perbedaan warna antara lampu gantung dan lampu utama plafon akan memberikan nuansa yang berbeda. Kesan cozy, hangat, dengan penerangan kekuning-kuningan biasanya menjadi idola orang-orang saat ini.

6. Kamar Mandi

Aktivitas yang dilakukan di kamar mandi paling ideal dengan menggunakan penerangan merata. Yang menjadi perhatian disini adalah letak penempatan dan dudukan atau kerudung lampu. Jangan sampai lampu terkena cipratan air atau kemasukan air dalam fittingnya. Hal ini dapat mengakibatkan konsleting. Selain itu lampu bisa pecah akibat pemuaian kaca jika terkena cipratan air. Perlu diketahui juga, kamar mandi yang baik haruslah cukup untuk sirkulasi udara dan cahaya. Maka selain cahaya buatan (lampu), kamar mandi perlu cahaya alami agar suhu dan kelembaban terjaga. Aliran udara juga diperlukan untuk menyalurkan uap air dan bau.


7. Ruang Sirkulasi

Adalah ruang penghubung antar ruang. Bisa berupa selasar, lorong, atau sekedar bagian dari ruang yang mungkin mempunyai perbedaan level, warna, atau pola lantai. Ruang sirkulasi mewadahi aktivitas perjalanan antar ruang. Sehingga penerangan yang dibutuhkan adalah penerangan secukupnya secara aman. Baik itu penerangan merata, terarah atau setempat. Ketiga jenis penerangan dapat diaplikasikan dalam ruang sirkulasi ini.

8. Ruang-ruang penunjang

Yang dimaksud dengan ruang penunjang diantaranya adalah teras, balkon, taman, garasi, gudang dsb, dimana kegiatan yang dilakukan seakan terpisah dengan aktivitas dalam rumah. Penerangan dalam ruang-ruang ini menyesuaikan kebutuhan saja dan tidak terlalu mutlak untuk penerapannya secara fungsional. Seperti halnya untuk halaman dan taman, penggunaan penerangan lebih diutamakan pada estetika daripada fungsinya.

Tuesday, December 10, 2013

Cerita Humor Islami Abu Nawas

Cerita Humor Islami Abu Nawas - Di siang hari yang panas paling enak minum es sambil baca Cerita Humor Islami. Toko Abu Nawas yang terlihat konyol namun memiliki otak yang encer dan kedalaman dalam berpikir.
Cerita Lucu Abu Nawas

Pada suatu hari Abu Nawas mengikuti sholat jenazah di sebuah mesjid. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba di pertengahan pelaksanaan sholat berlangsung seluruh jamaah dikejutkan oleh ulah Abu Nawas yang tiba-tiba saja bersujud, entah sengaja atau karena lupa.

Spontan jamaah disekelilingnya terkejut..

Setelah sholat selesai maka bertanyalah seseorang diantara jamah kepada Abu Nawas

“Hey syekh, kenapa antum tadi kok sholat jenazah pakai sujud..??”

Dengan enteng, Abu Nawas menjawab,

“Mayat ini banyak banget dosa-nya jadi tidak cukup kalau sholatnya hanya diberi takbir aja, mesti ada sujud.” (ketawa)

Sakit perut rasanya membaca Cerita Humor Islami Abu Nawas di atas. Semoga terhibur.

Monday, December 2, 2013

Kumpulan Kata-Kata Mutiara Islami

Kumpulan Kata-Kata Mutiara Islami - Islam adalah agama yang indah, segala yang terdapat di dalamnya mengandung keindahan. Nah, untuk sobat yang sedang membutuhkan inspirasi atau pencerahan dalam menghadapi kehidupan ini, mungkin kata-kata mutiara islami dari para tokoh Islam berikut bisa memberikan penyegaran dan menambah kecintaan kita terhadap Islam.
Kata Mutiara Islami

Manusia paling lemah yaitu orang yang tak mampu mencari teman. Tetapi yang lebih lemah dari itu yaitu orang yang mendapat banyak teman namun menyia-nyiakanya (Ali bin Abi Thalib)

Sikap yang buruk merusak perbuatan baik, seperti halnya cuka merusak madu (Nabi Muhammad SAW)

Jangan membuat putus asa dalam mengulang doa, saat Allah SWT menunda ijabah doa itu. Dia-lah yang menjamin ijabah doa tersebut menurut pilihan-Nya kepadamu, bukan menurut pilihan seperti kehendakmu. kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukannya menurut waktu yang kau kehendaki (Ibnu Atha'ilah)

Ketahuilah bahwasanya sabar, bila dipandang dalam permasalahan seseorang ialah ibarat kepala dari sebuah tubuh. Bila kepalanya hilang maka seluruhan tubuh tersebut akan membusuk. Begitu halnya, bila kesabaran hilang, maka semua permasalahan pun akan rusak. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Sesungguhnya sebagian perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih pahit dari jadam, lebih panas dari bara, dan lebih tajam dari tusukan. Sesungguhnya hati merupakan ladang, maka tanamilah dia dengan perkataan yang baik, sebab bila tidak tumbuh semuanya, maka niscaya akan tumbuh sebagian' (Al Haditz)

Niat merupakan ukuran dalam menilai benarnya sebuah perbuatan, oleh karena itu, saat niatnya benar, maka perbuatan pun benar, dan bila niatnya buruk, maka perbuatan pun buruk. (Imam An Nawawi)

Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan juga adalah sebuah akhlak ular, dan jika kebajikan dibalas dengan kejahatan itu adalah akhlak buaya, lalu jika kebajikan dibalas dengan kebajikan adalah akhlak anjing, namun jika kejahatan dibalas dengan kebajikan itu adalah akhlak manusia.(Nasirin)

Ilmu itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau akan menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sementara harta terhukum. Jika harta itu akan berkurang jika dibelanjakan, maka ilmu akan bertambah jika dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Orang yang suka berkata jujur akan mendapat tiga hal, yakni kepercayaan, cinta dan rasa hormat (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Cintai kekasihmu dengan sekadarnya saja, siapa tahu nantinya ia akan jadi musuhmu. dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, siapa tahu nantinya akan jadi kekasihmu (Ali bin Abi Thalib)

Semoga Kumpulan Kata-Kata Mutiara Islami di atas dapat menyentuh hati sobat semua.

Friday, November 29, 2013

Cara Memotong Hewan Kurban Yang Halal

Cara Memotong Hewan Kurban Yang Halal - Saat hari raya idul Adha, tak lengkap rasanya tanpa menyembelih hewan qurban. Kurban (Bahasa Arab: قربن, transliterasi: Qurban), atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Ritual kurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah, yakni pada tanggal 10 (hari nahar) dan 11,12 dan 13 (hari tasyrik) bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

Dalam sejarah sebagaimana yang disampaikan dalam Al Qur’an terdapat dua peristiwa dilakukannya ritual kurban yakni oleh Habil (Abel) dan Qabil (Cain), putra Nabi Adam ‘alaihis salam, serta pada saat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam akan mengorbankan Nabi Ismail ‘alaihis salam atas perintah Allah SWT.

Habil dan Qabil

“ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa”. (Al Maaidah: 27) ”

Ibrahim dan Ismail

“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash Shaaffaat: 102-107)

Dalil tentang Kurban

Al Kautsar ayat 2:

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَـٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ (٢) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ (٣)

Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (anhar)

Nahr [arab: نحر], menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung (pangkal leher).

Sementara hadits yang berkaitan dengan kurban antara lain:

“Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad dan ibn Majah.
Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah
“Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang di antara kalian yang ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya.” HR. Muslim
“Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang. “ HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.

Allah berfirman,

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَائِرِ الله لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ الله عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا

“Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah… (QS. Al Haj: 36)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menjelaskan ayat di atas, (Untanya) berdiri dengan tiga kaki, sedangkan satu kaki kiri depan diikat. (Tafsir Ibn Katsir untuk ayat ini)

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat menyembelih unta dengan posisi kaki kiri depan diikat dan berdiri dengan tiga kaki sisanya. (HR. Abu Dawud).

Dzabh [arab: ذبح], menyembelih hewan dengan melukai bagian leher paling atas (ujung leher). Ini cara menyembelih umumnya binatang, seperti kambing, ayam, dst.

Pada bagian ini kita akan membahas tata cara Dzabh, karena Dzabh inilah menyembelih yang dipraktikkan di tempat kita -bukan nahr-.

Pertama, syarat halal sembelihan.

Syarat halalnya sembelihan yang terkait dengan ucapan adalah membaca basmalah.
Allah berfirman,

{وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ }الأنعام121

“Janganlah kalian makan hewan yang tidak disebutkan nama Allah ketika menyembelih. Sesungguhnya itu hewan yang tidak halal.” (QS. Al-An’am: 121)

Di ayat yang lain, Allah memerintahkan untuk makan hewan yang dibacakan basamalah ketika menyembelih:

{فَكُلُواْ مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ }الأنعام118

“Makanlah binatang yang disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya, jika kalian orang yang beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 118).

Orang yang menyembelih dengan membaca basmalah sebelum dia melukai leher hewan yang hendak disembelih, maka hewannya halal dimakan. Dan jika diniatkan untuk berqurban maka bernilai sebagai ibadah qurban yang sah.

Karena itu, membaca basmalah merupakan ucapan yang paling penting ketika menyembelih. Sehingga perlu diperhatikan oleh para jagal, agar jangan sampai lupa atau tidak membaca apapun. Ingat, taruhannya, hewan yang disembelih bisa menjadi bangkai.

Kedua, dianjurkan untuk mengikrarkan kepemilikan hewan qurasban.

Hal ini dicontoh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dikisahkan oleh Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak berqurban, beliau membeli dua kambing yang gemuk, putih belang hitam. Setelah selesai shalat, dan berkhutbah, beliau mendatangi salah satu kambingnya dan beliau sembelih sendiri dengan pisau, ketika menyembelih beliau mengucapkan:

اللَّهُمَّ هَذَا عَنْ أُمَّتِي جَمِيعًا مِمَّنْ شَهِدَ لَكَ بِالتَّوْحِيدِ وَشَهِدَ لِي بِالْبَلَاغِ

Ya Allah, ini qurban dariku dan dari semua umatku yang bersaksi mentauhidkan-Mu, dan bersaksi bahwa aku yang menyampaikan risalah.

Selanjutnya, beliau mendatangi kambing kedua. Ketika menyembelih beliau mengucapkan:

هَذَا عَنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ

Ini qurban dari Muhammad dan keluarga Muhammad.

Kemudian beliau sedekah kedua hewan qurban itu kepada orang miskin, dan beliau juga makan dan beliau berikan kepada keluarganya. (HR. Ahmad 27190).

Dalam riwayat lain, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengikuti shalat idul adha bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di lapangan. Setelah selesai berkhutbah, beliau turun dari mimbar dan mendatangi kambing qurban beliau. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengucapkan:

بِسْمِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، هَذَا عَنِّي، وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

Bismillah, wallahu akbar, ini qurban dariku dan dari umatku yang tidak berqurban. (HR. Ahmad 14837, Abu Dawud 2810).

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127).

Doa semacam ini pernah dipraktekkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu beliau berqurban. Aisyah mengisahkan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban dengan kambing bertanduk, berdiri dengan kaki belang hitam, duduk di atas perut belang hitam, melihat dengan mata belang hitam. Kemudian beliau menyuruh Aisyah untuk mengambilkan pisau dan mengasahnya. Setelah kambingnya beliau baringkan, beliau membaca:

باسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ومن أمة محمد

“Bismillah, Ya Allah, terimalah qurban dari Muhammad dan keluarga Muhammad, serta dari umat Muhammad – shallallahu ‘alaihi wa sallam – .” (HR. Muslim no. 1967)

Beberapa adab yang perlu diperhatikan:

1. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia mampu. Jika tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban disyariatkan untuk ikut menyaksikan.

2. Gunakan pisau yang setajam mungkin. Semakin tajam, semakin baik. Ini berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْح وَ ليُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).

3. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih. Karena ini akan menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih. Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِّ الشِّفَارِ ، وَأَنْ تُوَارَى عَنِ الْبَهَائِمِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah ).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya di leher kambing, kemudian dia menajamkan pisaunya, sementar binatang itu melihatnya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini ?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih).

4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat.

5. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri.
Imam An-Nawawi mengatakan,
Terdapat beberapa hadis tentang membaringkan hewan (tidak disembelih dengan berdiri, pen.) dan kaum muslimin juga sepakat dengan hal ini. Para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan memegangi leher dengan tangan kiri. (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:197).

6. Menginjakkan kaki di leher hewan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

ضحى رسول الله صلّى الله عليه وسلّم بكبشين أملحين، فرأيته واضعاً قدمه على صفاحهما يسمي ويكبر

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba. Aku lihat beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher hewan tersebut, kemudian membaca basmalah …. (HR. Bukhari dan Muslim).

7. Bacaan ketika hendak menyembelih.
Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca basmalah. Ini hukumnya wajib, menurut pendapat yang kuat. Lihat video di atas

Berikut ini bacaannya
ِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّمَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى اْلأَرْضِ وَلاَفِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
بسم الله الله أكبر
لا إله إلاالله الله أكبر

8. Dianjurkan untuk membaca takbir (Allahu akbar) setelah membaca basmalah
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu,

عن أنس قال: ضحى النبي صلى الله عليه وسلم بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبر وضع رجله على صفاحهما

bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyembelih dua ekor domba bertanduk,…beliau sembelih dengan tangannya, dan baca basmalah serta bertakbir…. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

9. Pada saat menyembelih dianjurkan menyebut nama orang yang jadi tujuan dikurbankannya herwan tersebut.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma, bahwa suatu ketika didatangkan seekor domba. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih dengan tangan beliau. Ketika menyembelih beliau mengucapkan, ‘bismillah wallaahu akbar, ini kurban atas namaku dan atas nama orang yang tidak berkurban dari umatku.’” (HR. Abu Daud, At-Turmudzi dan disahihkan Al-Albani).

Setelah membaca bismillah Allahu akbar, dibolehkan juga apabila disertai dengan bacaan berikut:

hadza minka wa laka.” (HR. Abu Dawud, no. 2795) Atau
hadza minka wa laka ’anni atau ’an fulan (disebutkan nama shohibul kurban). Jika yang menyembelih bukan shohibul kurban atau

Berdoa agar Allah menerima kurbannya dengan doa, ”Allahumma taqabbal minni atau min fulan (disebutkan nama shohibul kurban).”

Catatan: Bacaan takbir dan menyebut nama sohibul kurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Sehingga kurban tetap sah meskipun ketika menyembelih tidak membaca takbir dan menyebut nama sohibul kurban.

10. Disembelih dengan cepat untuk meringankan apa yang dialami hewan kurban.
Sebagaimana hadis dari Syaddad bin Aus di atas.

11. Pastikan bahwa bagian tenggorokan, kerongkongan, dua urat leher (kanan-kiri) telah pasti terpotong dengan sekali tebas (dua kali gesek, satu ke depan satu ke belakang).

Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher. Ini adalah keadaan yang terbaik. Jika terputus empat hal ini maka sembelihannya halal menurut semua ulama.
Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher. Sembelihannya benar, halal, dan boleh dimakan, meskipun keadaan ini derajatnya di bawah kondisi yang pertama.
Terputusnya tenggorokan dan kerongkongan saja, tanpa dua urat leher. Status sembelihannya sah dan halal, menurut sebagian ulama, dan merupakan pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكل، ليس السن والظفر

“Selama mengalirkan darah dan telah disebut nama Allah maka makanlah. Asal tidak menggunakan gigi dan kuku.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

12. Sebagian ulama menganjurkan agar membiarkan kaki kanan bergerak, sehingga hewan lebih cepat meregang nyawa.
Imam An-Nawawi mengatakan, “Dianjurkan untuk membaringkan sapi dan kambing ke arah kiri. Demikian keterangan dari Al-Baghawi dan ulama Madzhab Syafi’i. Mereka mengatakan, “Kaki kanannya dibiarkan…(Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8:408)

13. Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati.
Para ulama menegaskan, perbuatan semacam ini hukumnya dibenci. Karena akan semakin menambah rasa sakit hewan kurban. Demikian pula menguliti binatang, memasukkannya ke dalam air panas dan semacamnya. Semua ini tidak boleh dilakukan kecuali setelah dipastikan hewan itu benar-benar telah mati.

Tuesday, November 26, 2013

Cerita Islami Jin Bersyahadat Masuk Islam

Cerita Islami Jin Bersyahadat Masuk Islam - Kisah berikut ini sungguh menyentuh bercerita tentang para jin yang akhirnya masuk Islam. Selamat membaca.

Alkisah, serombongan jin tengah melakukan perjalanan menuju Tihamah, sebuah kawasan di garis pantai Laut Merah, Arab Saudi. Mereka berangkat dari rumah-rumah mereka di Nasibain, sebuah wilayah yang terkenal sebagai tempat tinggal para jin.

Lokasinya di sekitar perbatasan antara Irak dan Suriah. Di antara rombongan tersebut, terdapat jin yang berperan sebagai penasihat. Jika di dunia manusia, maka ia berperan layaknya ulama atau da'i.

Entah apa tujuan perjalanan mereka. Ada yang bilang, mereka sekadar melakukan safar. Sebagian lain mengatakan, mereka terbiasa melakukan perjalanan seperti halnya manusia. Yang lain bilang, mereka mencari tahu siapa yang telah menutup rahasia langit. Mengingat pasca diutusnya Rasulullah, rahasia langit dijaga malaikat dari curi dengar para jin. Apapun tujuan mereka, perjalanan tersebut menjadi sejarah besar bagi kaum jin.

Jumlah mereka pun tak jelas angkanya. Dikisahkan ada sembilan jin. Lain kisah mengatakan hanya tujuh jin dalam rombongan tersebut. Terlepas dari jumlah tersebut, ada satu jin yang merupakan sang ulama atau juru dakwah di kalangan kaumnya. Ada satu jin pula yang bernama Zauba'ah. Mungkin ia lah sang ulama jin tersebut.

Di tengah perjalanan, tepatnya di kawasan Nakhla Saudi, mereka para jin tiba-tiba mendengar sesuatu yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. "Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?" Sebuah ayat Quran yang dibacakan dari Surah Ar Rahman menarik perhatian mereka. Mendengarnya, merindinglah tubuh-tubuh mereka. Serta-merta mereka mendekati sumber suara.

Ternyata seorang yang mulia tengah menjadi imam shalat yang dimakmumi sekumpulan manusia. Ialah Rasulullah. Saat itu Rasulullah dan para sahabat beliau tengah menunaikan shalat shubuh. Rasulullah membaca surah Ar Rahman saat memimpin jamah shalat. Para jin tersebut pun kemudian ikut bergabung dan duduk di belakang manusia. Mereka ingin mendengarkan ayat-ayat yang dilantunkan sang nabiyullah.

"Diamlah, perhatikan bacaannya," sang ulama jin meminta rombongan diam untuk mendengar bacaan Rasulullah. Rombongan jin yang tadinya berbisik-bisik ribut itu pun kemudian hening menghayati ayat Quran.